Cerita dari Driver Ojek Online Wanita, Bertahan Cari Rezeki Meski Diremehkan

Berbagisemangat.com – Kesetaraan gender nyatanya belum benar-benar terjadi di kehidupan sehari-hari. Kisah dari para driver (pengemudi) ojek online wanita ini buktinya.

Seperti diceritakan Maysaroh asal Priok, Jakarta Utara. Wanita berusia 34 tahun itu sudah hampir setahun menjadi mitra dari Grab. Dalam kesehariannya menjadi pengemudi wanita ia mengaku sering mendapatkan cancel atau pembatalan pesanan.

“Sering ada yang cancel cuma begitu tahu driver perempuan. Dia pakai alasan apapun untuk di cancel,” kata dia saat ditemui di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Rabu (18/4/2019).

Wanita asli Jawa Timur itu menjelaskan, di daerah biasa ia menerima orderan yakni di Priok, banyak mobil berukuran besar yang melintas. Itu membuat penumpang merasa khawatir keselamatannya karena dikemudikan oleh seorang wanita. Padahal dia mengaku sering melintas di kawasan tersebut.

Hal yang sama juga dialami oleh Wahyu (41). Dia kadang harus meminta konfirmasi terlebih dahulu apakah penumpangnya berkenan jika diantarkan olehnya. “Saya konfirmasi dulu kalau keberatan minta di-cancel, ya sudah saya cancel,” katanya dalam kesempatan yang sama.

Driver Ojek Online Wanita.
Driver Ojek Online Wanita. Foto: Dok. Grab, Dok. Detikcom

Para pengemudi ojek online wanita ini juga mengaku kerap mendapat perlakuan yang kurang enak dari penumpang pria. Maysaroh salah satunya. Dia pernah mendapatkan penumpang pria yang meminta menyimpan nomornya hingga dilecehkan penumpang pria yang memegang tubuhnya.

“Sebenernya sih enaknya dapat penumpang yang bisa diajak ngobrol. Kadang dapat penumpang cowok suka pegang-pegang, kadang nomornya minta disimpan. Kalau seperti itu saya ajak ngebut biar cepat sampai,” ujarnya.

Terlepas dari duka yang dialami, para wanita driver ojek online ini tidak pantang menyerah dalam bekerja. Alasan mereka menjadi pengemudi ojek online adalah untuk membantu perekonomian keluarga. Wahyu misalnya mengaku menjadi mitra Grab karena suaminya sudah sering sakit dan anaknya akan masuk kuliah.

Sementara driver bernama Ani (47), mengatakan menjadi pengemudi ojek online karena tak ada pilihan pekerjaan lainnya. Ia juga menjadi tulang punggung keluarga karena suaminya yang mengganggur.

“Mestinya perempuan di rumah ngurus rumah tangga. Tapi karena berubah 180 derajat, suami tidak kerja, ya bagaimana caranya supaya urusan rumah tangga berjalan,” kata Ani.

Pihak Grab mengetahui masalah dari pengemudi wanita yang kerap dipandang sebelah mata ini. Mereka mengakui saat ini memang jumlah driver wanita masih jauh di bawah driver pria. “Mitra wanita naik 230% dari tahun lalu ( di Asia Tenggara). Jumlahnya sendiri belum banyak mungkin karena kurang lazim,” ujar Head of Operational GrabExpress Tyas Widyastuti.

Meskipun jumlah driver wanita lebih sedikit, menurut pihak Grab, mereka lebih berprestasi. Berdasarkan catatan Grab, pengemudi wanita rata-rata memiliki nilai rating yang lebih tinggi.

“Kita endorse lagi supaya jadi lebih banyak karena di kita rating wanita lebih tinggi. Mungkin karena pelayanannya lebih komunikatif dan lebih wangi,” tambah Tyas Widyastuti.

Untuk memberikan pemahaman soal kesetaran pengemudi perempuannya kepada masyarakat, Grab mengaku melakukan edukasi dengan cara menguggah kisah-kisah inspiratif dari pengemudi wanita di akun media sosial mereka.

“Kita sebenarnya tidak benar-benar saklek bilang ke masyarakat pengemudi pria dengan wanita sama. Tapi lebih ke sharing di akun sosial media. Jadi angkat cerita pengemudi dan penumpang,” imbuh PR Manager Grab Indonesia, Dewi Nuraini.

“Kita share ke pengguna lain. Jadi cerita seru itu bukan cuma dari driver cowok tapi juga dari perempuan. Jadi lebih ke cerita sesama pengemudi atau penumpang,” kata Dewi.

Related posts