Cerita Pria di Lamongan yang Terus Bikin Wayang Kulit Karena Cinta

Berbagisemangat.com – Saat ini tak banyak orang tekun membuat wayang kulit. Selain rumit, proses pembuatannya sangat panjang. Salah satunya yang masih tegak lurus membuat wayang yakni Rais Saputro (59).

Warga Desa Sidomukti, Kecamatan Lamongan, ini kerap membuat wayang. Hal itu lantaran kecintaannya sejak kecil terhadap tokoh-tokoh pewayangan. Berawal dari kesukaan menggambar tokoh pewayangan muda hingga pengalaman sebagai pengrawit penabuh kendang di gamelan wayang membuatnya ‘jatuh cinta’ pada seni tradisional wayang ini.

“Saya mengerjakan kesenian pembuatan wayang ini semenjak masih muda hingga sekarang,” kata Rais Saputro dalam perbincangannya dengan detikcom, Kamis (8/10/2020).

Untuk proses pembuatan wayang, terang Rais, diawali dengan mencari kulit sapi dan mengeringkan kulit tersebut lebih kurang 1 bulan hingga benar-benar kering. Setelah benar-benar kering, proses pembuatan selanjutnya yakni membersihkan bulu hingga benar-benar bersih.

“Setelah bersih barulah kita melakukan pemahatan atau pengukiran dan pemberian warna. Proses inilah sebenarnya yang membutuhkan ketelatenan,” ujar Rais.

Rais menambahkan proses pengukiran hingga pemberian warna untuk satu wayang membutuhkan waktu kurang lebih 2 minggu. Proses yang paling susah saat membuat wayang kulit dengan berpakaian probo atau baju karena membutuhkan ketelatenan lebih.

“Bahan dasar dari kulit sapi atau kulit kerbau. Untuk kulit kambing juga bisa tapi kulitnya sangat tipis dan biasanya kalau wayang yang dari kulit kambing untuk pajangan di rumah,” terangnya.

Sebelum menjadi pembuat wayang kulit, Rais mengaku ikut menjadi pengrawit gamelan dengan menjadi penabuh kendang sejak 1982. Saat itu, Rais bertemu dengan dalang Ki Anom Subroto dan diajak tampil dalam beberapa pagelaran wayang kulit.

“Ketika itulah saya mulai mengukir wayang dan menunjukkan hasil karya saya ke beliau setelah sebelumnya saya berusaha melakukan pendalaman terhadap wayang yang saya buat,” tambahnya.

Dari Ki Anom Subroto ini, lanjut Rais, ia diberi suntikan semangat untuk melanjutkan hobinya membuat wayang dengan kulit sapi tersebut. Peralatan seperti alat pahat, potongan pohon jati dengan diameter 20 cm dan palu dari kayu menjadi teman setia pria 1 anak ini sejak lama.

“Karena sudah ada bakat dan suntikan semangat dari Ki Anom Subroto itu, saya kemudian memberanikan diri membuat wayang kulit,” imbuhnya.

Ketekunan Rais dalam membuahkan hasil. Wayang kulit hasil kerajinan tangannya kini tak hanya dijual di Lamongan saja, tapi sudah merambah beberapa kota lain. Untuk harga, 1 wayang ia jual mulai Rp. 300 ribu hingga Rp. 500 ribu tergantung ukuran besar atau kecilnya wayang.

“Sejumlah dalang wayang kulit dari Lamongan dan dalang kondang Nusantara lainnya juga pernah memesan wayang pada saya. Ki Sunarto, mantan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim yang juga dalang kondang juga pernah memesan wayang pada saya,” ungkap Rais sambil menyebut sejumlah nama dalang.

Artikel : Detik.com

Related posts