Difabel Asal Indonesia Raih Gelar Doktor Di Australia, Antoni: “Tak Ada Yang Tak Mungkin”

Berbagisemangat.com -Antoni Saputra, seorang penyandang disabilitas berhasil meraih gelar doktor di New South Wales University (UNSW), Australia. Antoni membuktikan meski dengan keterbatasan fisik berat tetap bisa meraih keberhasilan. Saat ini Antoni telah kembali ke kota asalnya di Padang, Sumatera Barat.

Usai menyelesaikan pendidikan S3-nya, Antoni kembali bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil dan kembali aktif di bidang advokasi hak-hak penyandang disabilitas.

Antoni merupakan penyandang disabilitas berat yang mengharuskannya duduk di kursi roda seumur hidupnya. Namun meski dalam keterbatasan fisik, Antoni tetap bersikeras untuk mencapai impiannya.

Selama perkuliahannya di UNSW, Antoni ditemani istri dan ayahnya yang merupakan pensiunan PNS. Antoni tidak melihat apa yang dijalankannya selama beberapa tahun studi di Sydney sebagai kesulitan, namun lebih sebagai tantangan.

“Tantangan terkait disabilitas saya adalah waktu yang diperlukan relatif lebih lama dalam menulis, karena saya mengetik menggunakan virtual keyboard, sehingga saya juga harus menghabiskan lebih banyak waktu di lab untuk bekerja,” kata Antoni melansir Tempo.co.

Antoni berharap dirinya bisa menginspirasi para disabilitas lain. Antoni mengatakan tidak ada yang tidak mungkin bahkan bagi penyandang disabilitas sekalipun.

“Tidak ada hal yang disebut sebagai tidak mungkin. Yang dibutuhkan adalah tekad yang kuat dan kerja keras,” katanya lagi.

Antoni menyelesaikan S1 di Universitas Andalas Padang jurusan Sastra Inggris pada tahun 2000. Lalu ia melanjutkan studi S2 di Griffith University, Brisbane bidang Journalism and Mass Communication dan berhasil meraih gelar Master of Arts pada tahun 2011.

Tak puas sampai di situ, Antoni melanjutkan kuliah S3 dengan beasiswa LPDP dari pemerintah di New South Wales University (UNSW) Sydney jurusan Ilmu Sosial dan mendapatkan gelar doktor pada tahun ini.

Dalam sebuah wawancara, Antoni mengungkapkan perbedaan pendidikan di Indonesia dan Australia bagi penyandang disabilitas.

“Perbedaan yang paling signifikan mungkin masih terbatasnya sistem pendukung (aksesibilitas, sumber daya, teknologi untuk membantu mempermudah) yang diperlukan oleh mahasiswa difabel dengan beragam disabilitas yang mereka miliki di sebagian besar universitas dan/atau perguruan tinggi di Indonesia,” kisah Antoni melansir Detik.com.

Menurut Antoni, tantangan bagi disabilitas terasa lebih berat saat menuntut ilmu di Indonesia karena kurangnya fasilitas dan teknologi yang disediakan pemerintah.

Saat menyelesaikan pendidikan S3-nya, Antoni meneliti tentang potensi penganggaran pemerintah Indonesia yang berpihak kepada penyandang disabilitas untuk bisa merealisasikan hak-hak penyandang disabilitas dalam seluruh sektor.

Antoni sangat peduli terhadap pemenuhan hak-hak disabilitas. Antoni mengaku saat ini pemerintah hanya berfokus pada ranah rehabilitasi sosial saja. Padahal masih banyak hak-hak penyandang disabilitas lain yang harus dipenuhi pemerintah.

Usai menyelesaikan studinya, Antoni kembali ke Padang dan aktif dalam bidang advokasi hak-hak penyandang disabilitas.

“Saya kembali akan berjuang bersama komunitas saya untuk melanjutkan advokasi hak-hak penyandang disabilitas dan mengaplikasikan hasil penelitian doktoral saya untuk menjadikan disabilitas sebagai isu pembangunan di Indonesia bukan lagi isu kesejahteraan sosial,” ujarnya.

Sebagai penyandang disabilitas, kesuksesan Antoni tentu saja membuat banyak orang kagum. Dalam keterbatasan fisiknya, Antoni tetap semangat menuntut ilmu dan aktif dalam kegiatan sosial. Salut!

Related posts