Hidup Jauh dari Anak, Mbah Siti Harus Rela Tinggal Memprihatinkan di Dalam Toilet

Memiliki tempat tinggal layak huni yang nyaman merupakan impian banyak orang. Namun sayang masih ada segelintir orang mempunyai tempat tinggal tak layak. Seperti seorang nenek yang akrab disapa mbah Siti. Dia tinggal bertahun-tahun di dalam toilet.

Gubuk reyotnya yang sudah tak sanggup menahan terpaan angin dan hujan. Tempat tidur dan segala aktivitasnya menyatu bersama tempat buang air. Ditambah, kondisi sakit kulit semakin parah akibat lingkungan yang tak mendukung.

Mbah Siti telah sekian tahun hidup sebatang kara di Bojonegoro. Selama ini ia harus tinggal di kamar sekaligus toilet berukuran 2 x 3 meter. Sedihnya lagi, atap rumah mbah Siti sudah tak mampu mengadang air hujan.

Kondisi nenek berusia 90 tahun itu begitu memprihatinkan. Mengetahui mbah Siti harus tinggal seorang diri. Tentu saja, kediaman tak layak huni tersebut memicu kesehatan yang kurang baik. Tubuhnya yang semakin terlihat kurus sekilas seraya tulang berlapis kulit saja.

Gubuk mbah Siti yang mungil itu hanya berlapiskan triplek tipis. Sedangkan tembok lain, merupakan milik tetangga. Selain itu mbah Siti juga mengidap penyakit kulit beberapa tahun terakhir ini.

Karena tak memiliki biaya untuk berobat, mbah Siti membiarkan penyakit tersebut menggerogoti tubuhnya hingga saat ini. Semakin diperparah dengan atap rumah yang terbilang sudah tidak aman. Keadaan rumah yang kerap bocor memicu penyakit yang dideritanya semakin parah.

Melalui bantuan para donatur serta sebuah yayasan di Bojonegoro, mbah Siti akhirnya mampu mendapat kasih sayang. Rumahnya yang menyatu dengan toilet itu secara perlahan mulai dibenahi.

Sehingga mbah Siti dapat hidup dengan lebih layak. Setiap dua minggu sekali, yayasan tersebut rutin memantau keadaan mbah Siti dan memberi santunan. Bertandang ke rumahnya untuk memastikan bahwa mbah Siti dalam kondisi baik.

Related posts