Kesetiaan Suami Merawat Istri Mengidap Tumor Ganas Selama 13 Tahun Di Malang

Berbagisemangat.com – Kesetiaan biduk rumah diuji ketika salah satu dari pasangan sedang jatuh satu sakit. Itulah yang terjadi pada Abdul Rohmad, warga Dusun Balong, Desa Rejoyoso, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang.

Ia tetap setia, sabar bahkan rela bekorban demi tetap menemani dan merawat istrinya, Supinah yang mengidap penyakit tumor 13 tahun lamanya.

Pengorbanan yang begitu besar tak tanggung-tanggung ia berikan kepada istrinya. Bahkan ia keluar dari pekerjaannya demi merawat istri kesayangannya itu. Sembari duduk dengan raut muka tertegun atas cobaan yang menimpa, Rohmad mencoba menjelaskan kisah kilas balik awal mula istrinya sakit.

“Kami berdua memutuskan menikah sekitar tahun 2005 lalu, diusia pernikahan yang hanya beberapa bulan istri saya mengeluh sakit pada bagian perut,” terang Rohmad di rumahnya, Minggu (21/10/2018) seakan tak percaya ini semua terjadi pada rumah tangganya.

Kala itu, Supinah begitu tak berdaya berbaring di kamarnya. Nafas Supinah begitu terasa berat, ia seperti sedang kehabisan nafas bak pendaki di puncak gunung karena oksigen menipis.

Apalagi kondisinya yang megalami  tumor membuat perut Supinah terasa berat karena membuncit. Sambil memegangi perutnya ia bernafa menggebu-nggebu.

“Sakit mas maaf gak bisa cerita, tanya ke suami saja,” ucap Supinah dengan suara lirih.

Tak ingin istrinya terus berlarut-larut dalam keskitan. Rohmad lantas membawa Supinah ke salah satu rumah sakit yang berlokasi di Kecamatan Gondanglegi beberapa waktu lalu.

Supinah, perempuan berusia 40 tahun itu, harus menjalani beberapa kali rontgen. Hal teesebutu dilakukan, untuk mengetahui apa penyebab perutnya bisa merasakan sakit yang dahsyat.

“Dari hasil ronsen, diketahui istri saya mengalami tumor kandungan dan kata dokter harus dioprasi,” ucap Rokhmad.

Supinah pun akhirnya dioprasi. Dokter mengangkat salah satu indung telur Supinah karena positif terindikasi tumor dan sisanya disisakan.

“Kata dokter sengaja disisakan karena kami belum memiliki keturunan,” tuturnya.

Selang beberapa hari, istrinya pun diperbilehkan untuk pulang ke rumah. Supinah diizinkan pulang karena sudah membaik. Ia mengerjakan rutinitas seperti biasa sebagai ibu rumah tangga.

“Setelah operasi kondisinya baik-baik saja mas, tapi setelah 8 tahun berselang Supinah keluhkan lagi ada benjolan di pusar,” imbuhnya.

Tak ingin istrinya kembali parah, ia langsung membawa istrinya ke salah satu rumah sakit umum yang ada di Kecamatan Kepanjen.

Supinah kala itu didiagnosa mengidap penyakit hernia. Tindakan oprasi dilakukan oleh dokter. Namun kejanggalan terjadi pasca oprasi. Supinah seirng mengeluh mual dan muntah.

“Dokter saat itu heran dan menyuruh untuk Ultrasonography (USG), hasilnya istri saya divonis jika tumornya kambuh, gak tau gak bisa diungkapkan,” ucap Rohmad sambil berlinang air mata.

Supinah disuruh kembali lagi ke rumah sakit. Berbagai tindakan medis di jalani, termasuk oprasi. Dokter kala itu hanya bisa mengangkat sebagian tumor yang ada di indung telur Supinah.

“Dokter hanya bisa mengambil sekitar 12 sentimeter tumor, alasannya sudah lengket” ulasnay

Pada tahun 2014 silam, rasa mual itu kembali dirasakan Supinah. Terpaksa, suaminya kembali membawa ke rumah sakit.

“Total sudah ada empat kali di bawa kerumah sakit, yang pertama saya menghabiskan biaya Rp 6 juta. Saya tak tahu lagi jika semua biaya tak ditanggung    BPJS, saya harus bayar pakai apa,” curhatnya

Nahasnya setelah mendapatkan perawatan,  tumor di tubuhnya semakin ganas. Hari demi hari, perutnya semakin membuncit, sampai pada bagian paha pun ikut membengkak. Tubuhnya pun berangsur kurus.

“Hari demi hari istri saya meski perutnya membesar sempat memaksa masak dan membereskan rumah, katanya biar saya bisa bekerja,” ucap pria yang bekerja sebagai buruh bangunan it

Kondisi Supinah semakin parah, sekitar 10 hari belakangan ini Supinah sudah tidak kuat menyangga perutnya yang semakin membengkak. Bahkan ukurannya mencapai diameter sekitar 2 meter. Kondisi tersebut memaksa Rohmad berhenti kerja.

“Akhirnya saya memutuskan berhenti bekerja, saya tidak tega melihat kondisi istri saya,” ujar Rohmad dengan menahan tangisannya.

Rohmad sudah membawa istrinya ke berbagai pengobatan alternatif. Dengan sepeda motornya, ia memboyong istrinnya mulai dari berbagai tempat di Malang Raya, hingga kota Surabaya pernah dilakukannya selama empat tahun belakangan ini. Dengan kondisi yang membuncit, terkadang membuat Rohmad terpaksa menyewa mobil, untuk mengantarkan istrinya berobat.

“Sudah lebih dari 10 tempat alternatif saya datangi dan saya coba, banyak obat herbal yang dikonsumsi, sudah ratusan ribu bahkan jutaan biaya kami keluarkan, tapi tidak menunjukkan perkembangan yang membaik, justru perut istri saya semakin membuncit,” ujar Rohmad.

Alasan Rohmad memilih pengobatan alternatif karena harus memperimbangkan ongkos pengobatan mengingat pundi-pundi tabungannya sudah menipis.

“Kalau dibawa kerumah sakit, pihak dokter pasti menyarankan kemoterapi. Sedangkan itu butuh biaya besar pula. Tabungan ya sudah pas-pasan. Semoga istri saya bisa sembuh dengan mengambil jalan alternatif,” harapnya.

Related posts