Kisah Bocah Makassar Bernama Suman Yang Besekolah Dengan Benjolan Daging Sebesar Apel

Berbagisemangat.com – Suman (10) , anak kecil berambut cepak ini jika dilihat sepintas tidak berbeda dengan anak ukuran sebayanya ketika mengenakan seragam di sekolah. Hanya saja ketika dia melepas kancing atas kera bajunya, maka terlihatlah benjolan daging di daerah dadanya sebesar apel.

Suman yang merupakan warga Jalan Kandea III, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), tidak pernah sekalipun patah semangat mengejar pendidikan, meski dengan segala kekurangan yang dimilikinya. Setiap harinya, dia berangkat ke sekolah dengan penyakit yang dideritanya.

“Saya ingat waktu pertama kali ini anak sekolah, benjolannya masih sebesar rambutan dan sekarang sebesar buah apel atau kepalan tangan orang dewasa,” kata Guru Suman di SD Inpres Layang II, Nur Irma saat ditemui, Rabu (11/12/2019).

Dia mengagumi mental anak didiknya ini untuk bersekolah. Tidak sedikit pun Suman bolos atau meninggalkan pelajaran sekolahnya meski sempat mendapat sindiran dari teman-teman sekolahnya. Kadangkala, saat duduk di kelas 1 dan 2, dia selalu dikucilkan oleh teman-temannya untuk bermain.

Teman-temannya menganggap, Suman memiliki bau badan yang tidak sedap yang keluar dari cairan bagian kanan telinganya. Ejekan juga langsung ditujukan kepada benjolan yang besar di bagian dadanya.

“Saya bilang ke teman-temannya, jangan begitu nak, Suman ini teman kalian juga di sekolah dan kita belajar bersama-sama. Suman tidak pernah mengeluh soal sakitnya. Kalau sudah jam belajar dia masuk kembali ke dalam kelas,” terangnya.

“Tapi saya juga khawatir takutnya benjolan di dadanya pecah kalau bermain dan telinganya terus mengeluarkan cairan. Saya harap ini bisa diobati,” ucap dia.

Sementara itu Ayah Suman, Madi (56) saat ditemui terpisah di kediamannya mengatakan, kelainan terhadap anak kelimanya ini terlihat sejak lahir. Pada awalnya, benjolan di dadanya masihlah sangat kecil, namun seiring perkembangan usia Suman, benjolan itu juga ikut membesar dari tahun ke tahun.

“Saya maunya itu dioperasi dan kami juga tidak tahu penyakit anak saya ini apa. Saya tidak punya uang untuk bayar ke rumah sakit,” kata Madi yang sehari-harinya berprofesi sebagai tukang kayu ini.

Related posts