Kisah Dimas, Tetap Semangat Masuk Sekolah Sendirian karena Tak Punya Smartphone

Namanya Dimas Ibnu Alias, duduk di bangku kelas VII SMP Negeri 1 Rembang. Ia harus tetap masuk sekolah di masa pandemi virus Corona atau COVID-19 meski sendirian karena tak punya smartphone untuk belajar daring atau online.

detikcom sempat mengikuti aktivitas Dimas ketika hendak berangkat sekolah. Menaiki sepeda onthel, ia diantar oleh ibunya. Jarak rumahnya hanya sekitar 700 meter dari sekolah.

Dengan santai dan wajah polos serta berpakaian sekolah lengkap, siswa 13 tahun itu menuju halaman dalam sekolah barunya.

Kedatangannya pun cukup membuat kaget para guru, karena hanya ia satu-satunya siswa yang berangkat sekolah. Kemudian, Dimas mendatangi ruang guru. Di sana ia mengaku kepada para guru, tak punya gawai untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Ia pun diarahkan ke ruang kelas, langsung memposisikan diri di bangku tempat biasa ia duduk. Sendirian, ia tetap semangat agar tetap mendapatkan pelajaran. Dimas tampak tertib mengenakan alat pelindung diri (APD).

Kepala SMP N 1 Rembang, Isti Chomawati menyebut, khusus Dimas pihak sekolah memaklumi kondisi tersebut sehingga mempersilakannya untuk tetap ikut belajar tatap muka, meski hanya seorang diri.

“Ia datang diantar ibunya naik sepeda motor. Setelah itu ditinggal lantaran ibunya bekerja sebagai karyawan pengeringan ikan. Selesai pembelajaran, Dimas diantar wali kelas sampai rumah,” jelas Isti saat ditemui wartawan, Kamis (23/7/2020).

Dimas adalah anak dari Didik Suroyo yang merupakan nelayan harian, dan Asiatun, seorang buruh pengeringan ikan. Mereka tinggal di Rt 1 Rw 1 Desa Pantiharjo Kecamatan Kaliori Rembang.

Pihak sekolah sudah memastikan Dimas memang tidak memiliki ponsel pintar seperti siswa lainnya, sehingga diizinkan datang ke sekolah. “Barangkali, bagi keluarganya beras jauh lebih dibutuhkan daripada ponsel pintar dan kuota internet,” imbuhnya.

Dimas siswa SMPN 1 Rembang tetap sekolah karena tak punya gawai
Dimas siswa SMPN 1 Rembang tetap sekolah meski sendirian karena tak punya smartphone. (Arif Syaefudin/detikcom)

Setelah dilakukan penelusuran, ternyata cukup banyak Dimas lainnya di SMPN 1 Rembang. Oleh karena itu sekolah itu memutuskan membuat kebijakan khusus, dengan mengizinkan mereka yang tidak memiliki ponsel pintar untuk belajar di sekolah.

“Tentu saja, dengan protokoler ketat, seperti cek suhu badan, pelindung wajah, masker dan lainnya. Kami sudah inventarisir, ada beberapa siswa yang memang tidak memiliki fasilitas daring. Nanti mereka akan kami bantu belajar offline,” ujarnya.

Diwawancara terpisah, anggota Komisi E DPRD Jateng, Muh Zen mengatakan di Jawa Tengah banyak ditemukan kendala dalam pendidikan jarak jauh mulai dari sulit sinyal atau bahkan tidak memiliki smartphone seperti Dimas.

“Yang seperti Dimas ini banyak di Jawa Tengah. Pembelajaran daring memang jadi kendala bagi yang memiliki keterbatasan gawai,” kata Zen saat dihubungi detikcom, Kamis (23/7).

“Negara harus hadir dan melihat fakta di lapangan agar semua anak mendapatkan haknya mendapatkan layanan pendidikan,” lanjutnya.Zen menjelaskan, negara harus melihat fakta di mana banyak anak didik yang kesulitan untuk belajar secara daring. Menurutnya, jangan sampai negara memaksakan belajar daring namun tanpa memberikan fasilitas maupun solusi.

Menurut Zen, keputusan pihak sekolah memperbolehkan Dimas hadir ke sekolahan sudah tepat agar Dimas tetap mendapatkan haknya. Itu dianggap menjadi salah satu solusi namun ia menegaskan protokol kesehatan tetap harus dipatuhi.

Sumber Detik.com

Related posts