Kisah Kasih Ibu Di Balik Emas Asian Para Games Elsa Dan David Jacobs

Berbagisemangat.com – Kasih ibu bagaikan surya yang menyinari dunia, begitulah yang tertuang dalam lagu ‘Kasih Ibu’ ciptaan SM Mochtar. Bagi dua atlet disabilitas Indonesia, David Jacobs dan Elsa Maris, kasih sayang seorang ibu memang memiliki efek yang sangat luar biasa bagi hidup mereka.

Berkat kehadiran, ketekunan, dan keuletan perempuan yang melahirkan mereka, Jacobs dan Elsa mampu menorehkan prestasi gemilang dalam dunia olahraga, meski mereka berada di tengah-tengah keterbatasan.

Elsa, misalnya, yang meraih medali emas Asian Para Games 2018 di cabang olahraga (cabor) Tenpin Bowling kategori TPB4 atau tuna grahita, selalu didampingi ibunya, Hazada, ketika melakoni pertandingan di Jaya Ancol Bowling Center, Jakarta Utara.

Hazada yang berada persis di belakang Elsa saat melemparkan bola, tak henti-henti memberikan arahan dan menyemangati buah hatinya. Terlebih, ketika Elsa tengah tertinggal di babak-babak awal dari para atlet Singapura, Hazada terus mendorong Elsa untuk tetap tenang dan fokus.

“Waktu gim pertama agak deg-degan karena sempat tertinggal dari Singapura. Jadi, saya bilang ke Elsa untuk lebih fokus lagi sehingga dia bisa tenang lagi mainnya. Tadi di awal-awal pertandingan masih coba adaptasi, memang,” kata Hazada.

Pada akhirnya, Elsa keluar sebagai pemenang usai mengumpulkan total skor 1.186 dari enam babak. Ia unggul atas wakil Singapura, Diane Neo Pei Lin, yang meraih medali perak dengan total skor 1.033, serta wakil Korea Selatan, Kim Yuana, peraih perunggu dengan total skor 1.003.

Elsa sendiri tak berbicara sepatah kata pun kepada awak media saat berada di mixed zone. Namun, Hazada yang menjadi perwakilan Elsa dengan gamblang menjelaskan bagaimana proses yang dijalani Elsa selama mekaloni persiapan untuk Asian Para Games 2018.

Bahkan, agar Elsa bisa semakin fokus dan maksimal dalam berlatih, Hazada tak segan untuk tinggal sementara di Solo dengan menempati kamar sewa atau kos-kosan. Dengan telaten dan rutin, Hazada pulang pergi dari kosannya ke tempat Elsa menempa diri dalam latihan.

“Sejak bulan Januari lalu Elsa sudah pemusatan latihan nasional (pelatnas) di Solo. Dalam sembilan bulan itu setiap hari Elsa latihan kecuali hari Sabtu,” tutur Hazada menceritakan.

Elsa Maris atlet Tenpin Bowling di Asian Para Games 2018.

“Jadi dia bisa lebih fokus, pelatih juga selalu memberikan motivasi kepada Elsa kemudian mengajari ketepatan agar lemparannya tidak meleset. Memang benar kalau Elsa bisa lebih mengerti bahasa saya, jadi saya harus dampingi terus dia selama di Solo. Elsa tinggal di hotel, saya di kos-kosan.
“Pagi saya datang temani dia latihan, terkadang fitnes atau latihan lainnya saya ikut, kemudian malam harinya saya pulang ke kosan. Selama sembilan bulan terus saya temani. Senin sampai Jumat, Sabtu libur, kemudian Minggu lanjut latihan lagi,” jelasnya
Kehadiran ibu sebagai penguat diri juga dirasakan oleh Jacobs yang berhasil menyabet emas di cabor para tenis meja kategori disabilitas TT10. Di laga final, ia bertarung ketat dengan wakil China, Lian Hao, lewat permainan empat gim dengan skor 11-4, 7-11, 11-6, 17-15.
Setelah memenangi gim pamungkas atau keempat, Jacobs langsung berlari ke tribun penonton yang berada di belakang lapangan bertandingnya. Di antara kerumunan orang yang hadir, sosok perempuan paruh baya menedekap erat Jacobs dengan raut wajah haru dan penuh bangga.
Sosok itu adalah Neelece Jacobs, ibu David Jacobs, yang sedari gim pertama tak pernah melepaskan padangannya ke arah lapangan. kumparanSPORT pun menghampiri Neelece untuk berbicara lebih detail terkait kata apa yang dilontarkannya kepada Jacobs dan bagaimana dirinya menemani perjalanan sang putra sebagai atlet.
David Jacobs, atlet difabel, tenis meja
“Dia hanya bilang terimakasih, puji Tuhan. Saya bersyukur dia bisa pertahankan emas. Dia tidak pernah mengeluh, selalu bersyukur, maka saya akan selalu mendoakan dia juga,” kata Neelece dengan diiringi dentuman lagu ‘Song of Victory’ yang disetel panitia di dalam venue.
Bagi Jacobs sendiri, kehadiran ibu di ajang sekelas Asian Para Games merupakan hal langka. Oleh karena itu, ia tak menyiakan kesempatan untuk mendekap ibunya di tengah euforia yang membuncah. Terlebih, Jacobs mengatakan kini hanya ibunya saja yang bisa menemani setelah ayahnya berpulang pada Maret 2018.
Lantas, ibu sebagai satu-satunya orang tua yang tersisa selalu diharapkan Jacobs untuk bisa menemani dan menggantikan ayahnya di tiap pertandingan. Termasuk jika nanti Jacobs lolos untuk mentas di Paralimpiade 2020.
“Mudah-mudahan ibu diberi umur panjang agar bisa mendampingi di Paralimpiade 2020. Sebelumnya saya sudah meminta kepada ibu untuk datang terus setiap bertanding, meski sebetulnya kesehatan beliau juga sudah tidak baik, kakinya sering sakit. Tapi, dengan adanya orang tua membuat saya semakin semangat,” ujar Jacobs.
“Ini pertandingan penting, di Indonesia juga, posisi duduk ibu juga tidak terlalu jauh dari lapangan saya. Ibu juga sudah sangat lama tidak menyaksikan saya bertanding. Saya berharap dia bisa nonton karena dulu waktu kecil sering diantar latihan ke mana-mana,” tutup Jacobs.

Related posts