Kisah Miris Pak Sarip, Guru Ngaji yang Psikisnya Terganggu karena Terlilit Utang Pengobatan Anaknya

Kisah sedih datang dari seorang guru mengaji yang ada di desa Gumukmas Jember, Jawa Timur. Ia adalah Pak Sarip (50), seorang mantan guru ngaji yang kondisi psikis-nya menjadi terganggu lantaran terlilit utang.

Bukan tanpa alasan, pak Sarip terpaksa harus meminjam uang kesana-kemari demi mencukupi biaya pengobatan sang anak yang mengalami keterbelakangan mental.

Dilansir dari kitabisa, selama 5 tahun belakangan ini kondisi kesehatan psikis Pak Sarip menjadi terganggu lantaran himpitan ekonomi yang dideritanya. Akibatnya, ia kini tak lagi bisa bekerja dan mengajar ngaji sehingga membuat kondisi kehidupan keluarganya semakin memprihatinkan.

Meski dengan penghasilan yang tak seberapa, dulunya pak Sarip aktif mengajar sebagai seorang guru ngaji. Diketahui juga banyak santri yang suka belajar mengaji dengan beliau. Namun, sudah 5 tahun belakangan ini, ia tak lagi bisa mengajar santrinya untuk mengaji lantaran kondisi kesehatan psikis yang dideritanya.

Pak Sarip mengalami depresi berat setelah terlilit hutang. Ia kini dikatakan menjadi sering melamun dan tak lagi bisa aktif diajak berkomunikasi. Hal itu juga yang membuatnya kini tak bisa lagi melakukan pekerjaan lain untuk mencari nafkah.

Meski merupakan salah satu guru ngaji tervaforit, kehidupan ekonomi pak Sarip memang bisa dikatakan sangat pas-pasan. Pendapatannya dari hasil mengajar ngaji pun hanya cukup dipakai untuk makan-sehari-hari bersama istri dan anaknya.

Meski tak memiliki cukup biaya, Pak Sarip tak tega melihat kondisi anaknya yang memiliki keterbelakangan mental. Ia pun berusaha keras mencari pinjaman uang untuk mengobati putri semata wayangnya.

Biaya pengobatan dan terapi yang cukup tinggi itulah yang membuat utang Pak Sarip semakin menumpuk. Tekanan ekonomi itulah yang membuatnya menjadi depresi hingga tak bisa lagi bekerja.

Saat ini, Pak Sarip tak bisa lagi bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Depresinya itu membuat Pak Sarip menjadi sering melamun dengan tatapan kosong sepanjang hari.

Hal itulah yang membuat sang istri, Ibu Suryani harus menggantikan peran suaminya untuk mencari nafkah dan menjadi tulang punggung keluarga. Ibu Suryani setiap harinya hanya bekerja mencari kayu bakar dan kemudian dijual ke tetangganya. Hasilnya pun digunakan untuk membeli makanan sehari-hari.

Jika tidak laku, keluarga kecil pak Sarip pun terpaksa harus makan seadanya dengan nasi sisa yang dimakan sepiring bertiga.

” Suami sudah gak bisa bekerja, sering ditolak sama orang soalnya sering bengong mas, sudah 5 tahun kondisinya begitu, gimana mau dibawa ke dokter orang buat makan aja susah,” tutur Bu Suryani dikutip dari laman kitabisa.

Related posts