Kisah Pilu Guru Honorer Di Samarinda, Sudah Mengajar 10 Tahun Gajinya Tetap Rp 800 Ribu!

Berbagisemangat.com – Penghargaan setinggi-tingginya seharusnya bisa didapatkan oleh Bertha Bua’dera. Bahkan kata-kata pun rasanya tidak cukup untuk menghargai pengabdian guru honorer satu ini. Bagaimana tidak, setiap hari dia harus bangun pukul 05.00 WITA, untuk menyiapkan sarapan keluarganya sebelum akhirnya berangkat menuju SD Filial 004 Samarinda Utara, tempat dia mengajar.

Untuk bisa mencapai tempatnya mengajar, wanita berusia 56 tahun ini harus menempuh perjalanan dari rumah menuju Kampung Berambai yang berjarak 2 kilometer dengan berjalan kaki melewati hutan. Bahkan tak jarang dia menjumpai binatang berbahaya seperti ular di saat melintasi jalan setapak di tengah hutan.

Kampung Berambai terletak di bagian timur Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Berbatasan dengan Desa Bangun Rejo, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara (Kukar). Rutinitas yang begitu menantang itu sudah ia jalani selama 10 tahun sejak bekerja sebagai guru honorer pada 2009.

Saat pertama kali bekerja sebagai guru honorer pertama kali, Bertha saat itu hanya menerima gaji sebesar Rp 150 ribu. Seiring bertambahnya masa baktinya, gaji yang diterima Bertha semakin bertambah hingga kini ia memperoleh gaji sebesar Rp 800 ribu setiap bulannya.

Tentu saja jumlah itu bisa dibilang masih terlalu kecil jika dibandingkan dengan pengabdiannya yang telah ia lakukan selama sepuluh tahun ini. Bertha kadang mengeluhkan penghasilannya kepada kepala sekolah SD Filial 004.

Akan tetapi hanya anjuran untuk tetap bersabar yang ia dapatkan. Alhasil, di luar pekerjaannya sebagai guru honorer, Bertha juga bertani bersama suaminya.

Nasib serupa juga dialami koleganya, Herpina. Wanita berusia 24 tahun ini mengajar di sekolah yang sama sejak tahun 2015. Ketika pertama kali mengajar, Herpina telah menerima gaji sebesar Rp 400 rupiah. Kemudian setelah 5 tahun mengabdi, kini gajinya naik jadi Rp 700 ribu rupiah.

Herpina tinggal di Desa Bangun Rejo yang berjarak 8 kilometer dari sekolah. Beda dari Bertha, setiap pagi Herpina mengedarai sepeda motor untuk menempuh perjalanan ke sekolah. Di luar kegiatannya sebagai guru, Herpina merupakan seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Samarinda.

Setiap harinya, Bertha dan Herpina harus sudah sampai di sekolah tepat pukul 07.00 WITA. Keduanya sudah harus sampai tepat waktu di sekolah untuk mengajar 17 murid. Dalam mengajarkan materi, Bertha menghadapi sejumlah kendala, terutama terkait fasilitas sekolah yang kurang memadai.

Related posts