Kisah Vila Para Santri Penghapal Quran yang Terhindari dari Tsunami Banten

Berbagisemangat.com – Sebagai negara yang berada di lingkaran cincin api, Indonesia sering sekali diguncang bencana, entah itu gempa, longsor, hingga tsunami. Dari setiap bahaya yang mengancam nyawa tersebut, ada saja keajaiban yang Tuhan tunjukkan kepada kita. Contohnya, masjid Baiturrahman Aceh yang kokoh meski ribuan manusia meninggal dihantam tsunami 2004. Atau masjid terapung di pinggir pantai Palu yang masih tersisa.

Kisah kali ini juga tak kalah menakjubkan. Saat ribuan orang berjuang menyelamatkan diri dari hantaman air laut yang tiba-tiba menerjang Selat Sunda, Sabtu (22/12) lalu, para santri  rombongan dari SMA Islam Nurul Fikri Boarding School (NFBS) Serang Banten malah selamat dari maut. Sebanyak 65 orang, 30 perempuan dan 35 laki-laki ini berada dalam lindungan Yang Maha Kuasa.

 

Melansir dari berbagai sumber, para santri dari SMA Islam Nurul Fikri atau dikenal sebagai Pesantren Ibnu Salam ini sedang menjalani karantina (sebelum berangkat ke Turki) di Resort Umbul Tanjung Kabupaten Serang, Banten, yang posisinya di pinggir pantai.

Salah satu guru merek, Ai Nuraeni menceritakan apa yang terjadi pada mereka di malam terjadinya bencana tersebut. Sore harinya, santri perempuan sempat melihat adanya asap hitam yang keluar dari anak Krakatau dari Vila lantai 2. Meski khawatir mereka memilih tetap melanjutkan aktivitas seperti biasanya. Setelahnya, santri laki-laki mendengar suara gemuruh diikuti dengan air yang naik. Merasa panik, merekaberlari katakutan dan memberitahukan kepada para Pembina. Para guru mendapat kabar bahwa pengelola pantai menghubungi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk menanyakan apa yang terjadi. Ternyata, menurut BMKG saat itu hanya air pasang biasa. Mereka pun merasa sedikit tenang, seperti dilansir dari republika.com.

Villa tempat karantinaa santri Nurul Fikri [Sumber gambar]

Merasa masih khawatir semua santri dikerahkan ke mushola dengan berpakaian lengkap. Mereka bersama-sama mendengungkan ayat suci Al-quran, berdzikir, dan beberapa melakukan salat taubat. Suara riuh bacaan ayat suci berlomba dengan air dan gemuruh anak Krakatau.

Tak lama, pengelola villa mengatakan bahwa masyarakat sekitar sudah diinstruksikan untuk mengungsi. Hal tersebut didengar oleh para guru. Mereka kemudian memutuskan meninjau keadaan untuk kemudian memutuskan perlu atau tidaknya mengungsi. Alangkah terkejutnya saat dua orang ustaz yang keluar dan melihat kondisi sekitar mereka sudah hancur dan porak poranda, jalan-jalan sudah rusak, bahkan jembatan yang biasa dilalui kendaraan tak lagi berfungsi.

Anak Gunung Krakatau dan Kondisi bibir pantai [Sumber gambar]

Rombongan santri ini kemudian memutuskan mengungsi di daerah Cipanas. Tak lama setelahnya mereka dijemput oleh pihak pesantren untuk dibawa kembali menuju pondok. Perjalanan ini pun ditempuh denganmelewati jalur alternative, melewati hutan dan kurang lebih tiga jam sampai ke pesantren.

Hingga sekarang para santri sudah kembali ke pesantren dan melanjutkan proses karantina menghapal Al-quran mereka. Salah satu guru SMA Islam NFBS, Andriono, mengatakan bahwa proses ini akan berakhir pada 18 Januari 2019, sebelum mereka nantinya diberangkatkan ke Turki pada 23 Januari. Maha suci Allah yang sudah menyelamatkan mereka yang benar-benar berniat menjaga kalam-Nya. Di dunia saja mereka sudah dimuliakan, apalagi di akhirat nanti.

Related posts