Berbagisemangat.com – Tepat satu minggu bencana Sulawesi Tengah berlalu. Meski berlalu, beberapa wilayah yang menjadi pusat bencana, salah satunya Palu, masih berduka. Mereka memikul beban berat, sebisa mungkin memulihkan trauma pasca-gempa 7,4 magnitudo dan tsunami yang masih begitu melekat.
Jumat (5/10), orang tua hingga anak-anak terus memadati pengungsian. Beberapa di antaranya memilih mendirikan tenda sendiri di area perkampungan, dekat tempat tinggal mereka dulu. Sesekali mereka berharap bantuan pangan tiba dengan melimpah.
Dilansir dari Kumparan, hingga saat ini, bantuan berupa makanan dan minuman memang belum terdistribusikan secara merata. Apalagi, untuk warga yang terdampak tetapi berada jauh dari pusat kota.
Seorang anak menampung air bersih yang keluar dari pipa saluran air pasca gempa bumi dan tsunami di Palu. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
Imbasnya, anak-anak mulai kelaparan. Bantuan yang tak kunjung tiba membuat mereka bersiasat mencari makanan yang tertimbun dalam puing bangunan.
“Kami lapar Om, tidak ada makanan di sini,” kata Ordo, salah satu bocah yang berkeluh kesah di Mamboro, Palu Utara dilansir dari Kumparan.
Makanan dari reruntuhan bangunan yang ditemukan anak-anak di Mamboro, Jumat (5/10/2018). (Foto: Soejono eben Saragih/kumparan)
Tak hanya Ordo, di atas puing-puing beton bangunan, Irma dan tiga orang temannya kedapatan tengah mengais-ngais kayu bangunan yang roboh. Tanpa ragu, mereka masuk ke bawah reruntuhan.
Anak-anak mencari makanan dari reruntuhan bangunan di Mamboro, Jumat (5/10/2018). (Foto: Soejono eben Saragih/kumparan)
Kondisi RSU Anutapura Palu setelah gempa. (Foto: Moh Fajri/kumparan)