Sakit Tak Surutkan Tekad Kakek Ini untuk Berhaji

Berbagisemangat.com – Masih segar dalam ingatannya, 20 tahun silam ia bersama istri tercinta selalu menyisihkan uangnya dari upah mengajar ngaji. Mulai Rp50 ribu hingga Rp100 ribu setiap harinya. Bila ada kelebihan rezeki disimpan semuanya, yang penting cukup untuk bisa menunaikan niatnya.

Bukan untuk membeli sawah, tanah atau sapi. Tidak lain karena ingin menggapai mimpi besarnya yakni menunaikan ibadah haji. Adalah Mustafid Karim, kakek 70 tahun asal Purworejo, Jawa Tengah yang juga berprofesi sebagai sopir ambulan ini dapat mewujudkan impiannya pergi ke Baitullah. Sungguh Tuhan telah mendengar doa-doanya di setiap salatnya.

Sore itu, Mustafid yang tergabung dalam rombongan haji JKG kloter 36 baru saja mendarat di Bandara Amir Mohammed bin Abdulaziz, Madinah. Cuaca di Madinah memang begitu menyengat. 40 derajat celcius suhunya. Mustafid dan jamaah lainnya terlihat memadati ruang pavilun 2 dan bersiap menuju bus penjemputan.

Persis di depan pintu keluar seorang petugas sibuk mendata satu persatu jamaah yang baru saja tiba. Absen kehadiran memastikan semua sudah lengkap. Semua jamaah terlihat bahagia, ada yang sibuk menghubungi keluarga, berfoto-foto, hingga bercengkerama satu sama lain. Suasananya begitu hangat.

Namun, dari kejauhan ada yang berbeda, tampak Mustafid tertunduk lesu, dia hanya terdiam bahkan tidak ada satupun yang mengajaknya berbicara. Sesekali Mustafid membasuh mulutnya dengan tisu, entah apa yang dirasakannya. Bola matanya tak henti-hentinya memandang ke arah sekelilingnya.

Tidak lama berselang, seorang petugas menghampiri, dan menanyakan kondisi kesehatan Mustafid. Setelah diperiksa tim kesehatan, ternyata Mustafid mengalami sakit yang tidak biasa. Menurut catatan medis, pria ini mengalami stroke ringan.

Mustafid terpaksa harus dievakuasi untuk menjalani perawatan khusus di Klinik Kesehatan Haji Indonesai (KKHI). Kakek yang belum begitu pikun ini sebetulnya masih kuat menapakkan kakinya, namun karena sakit yang dialami membuat ia sulit bergerak bebas.

Hebatnya, meski merasakan sakit, Mustafid tak sungkan menceritakan kisahnya bisa sampai ke tanah suci hanya seorang diri. Tidak ada keluarga, tetangga atau orang yang bisa mendampinginya selama di tanah suci ini.

“Saya memang sakit, tapi saya mau berhaji, sudah lama saya menabung untuk bisa ke sini (Baitullah),” ujar Mustafid dengan suara pelan. Mustafid yang semasa muda berprofesi sebagai pengemudi ambulan dan guru mengaji keliling bisa menabung belasan hingga puluhan tahun hingga bisa mewujudkan mimpinya.“Bersyukur, bisa menabung bertahun-tahun, Allah izinkan saya bisa berhaji,” kata Mustafid.

Ia mengaku tidak khawatir berada di tanah suci sendirian. Bahkan awalnya keluarganya melarang berangkat karena khawatir akan kesehatan Mustafid. “Keluarga lebih khawatir karena kesehatan saya. Mereka melarang saya berangkat, tapi saya tetap berangkat,” tuturnya.

Ia juga tidak pernah menyangka akan sakit seperti ini. Padahal setahun sebelumnya baik-baik saja, sehat, berbadan gemuk dan masih kuat bolak balik untuk mengurus pelunasan haji. “Tapi sekarang saya sakit dan Itu yang membuat keluarga khawatir, apalagi saya sendirian disini,” ucap Mustafid.

Tapi ia tidak ingin mensia-siakan kesempatan ini. Bertahun-tahun menabung tidak ingin ia lewatkan begitu saja. “Ini kesempatan terakhir saya, keluarga sudah pasrah bila saya harus meninggal disini (tanah suci). Doakan saya bisa kuat dan mabrur,” pintanya sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.

Related posts