Semangat Abah Ano, Penjual Tisu di Bandung yang Pantang Meminta Meski Renta

Berbagisemangat.com – Ano Sumarno atau yang dikenal dengan Abah Ano menanti pembeli di pinggir jalan. Ia membentangkan plastik ukuran satu meter yang dikaitkan dengan pagar untuk berteduh. Sejumlah tisu kemasan berada di sisinya.

Pria berusia 74 tahun itu mengaku sudah berdagang tisu dan kain lap sejak lima tahun lalu. Ia mulai menjajakan dagangannya di dekat Simpang Lima Bandung sekitar pukul 09.00 WIB.

Ia baru pulang dengan mengayuh sepedanya pada pukul 21.00 WIB. Kayuhan sepeda itu mengantarkan ia ke rumahnya yang berjarak sekitar empat kilometer.

“Tos lima tahun icalan (sudah lima tahun berjualan). Didieu we icalan (di sini saja berjualan)” kata dia saat ditemui, Minggu (16/5).

Sebelum berjualan tisu dan kain lap, Abah Ano sempat bekerja sebagai tukang becak. Akan tetapi, fisiknya tak lagi mumpuni untuk mengangkut penumpang. Ia kemudian memilih berjualan tisu.

“Pernah oge jadi tukang becak (pernah juga jadi tukang becak)” ucap dia.

Istrinya acap kali membekali Abah Ano jaket dan topi agar tubuhnya terhindar dari terpaan hujan. Ia selalu setia menunggu Ano di rumah selesai berdagang.

“Tiris didieu ngan sok dibekelan jaket ku istri (dingin di sini tapi sering dibekali jaket oleh istri)” kata dia.

Dalam sehari, Abah Ano hanya memperoleh uang Rp 30 ribu untuk dibawanya ke rumah. Tisu dalam kemasan berukuran besar dijualnya seharga Rp 15 ribu sedangkan kain lap dijual Rp 10 ribu.

“Suka ada yang ngasih aja kadang mah. Kasih makan atau beli tapi nolak uang kembalian,” ucap dia.

Hujan turun deras saat azan Magrib dikumandangkan. Abah Ano segera merapikan barang dagangannya. Ia kemudian berteduh di halaman gedung.

Di halaman itu, ia memarkirkan sepeda tuanya. Ia istirahat sebentar sambil meneguk air minum yang disiapkan istrinya.

Di sana pula, terlihat barang yang biasa dijualnya disimpan dalam kardus, terdapat tisu hingga kain lap.

Related posts