Adi Pramudya, Sarjana Teknik Yang Banting Setir Jadi Petani, Kini Kaya Raya

Berbagisemangat.com – Setiap tahun di tanggal 24 September, Hari Tani Nasional diperingati. Hari ini ditandai sejak tahun 1960, Presiden Indonesia Soekarno menetapkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA 1960).

Dalam kebijakan UUPA mengatur tentang hak-hak dan kewajiban kaum tani, mengatur hak atas tanah, hak atas sumber-sumber agraria untuk dikelola dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran petani dan bangsa.

Sementara itu penetapan Hari Tani Nasional baru diputuskan berdasarkan keputusan Presiden Soekarno tanggal 26 Agustus 1963 No 169/1963 yang menandakan pentingnya peran dan posisi petani sebagai entitas bangsa.

Meski telah ditetapkan betapa pentingnya peran dan posisi petani sebagai entitas bangsa, petani masih saja dianggap sebagai profesi yang dipandang sebelah mata.

Terutama bagi kaum muda.

Hal ini sejalan dengan data BPS tahun 2015 yang disampaikan oleh Ketua Pemuda Tani HKTI Rina Sa’adah dalam acara rakornas pemuda tani HKTI di Jakarta (28/3/2018) seperti dikutip dari koranmetro.com.

Rina menyebut, di tahun 2015 sektor pertanian didominasi oleh petani dengan usia lanjut. Kelompok petani usia di bawah 34 tahun hanya berjumlah 3,36 juta atau hanya 12,85%, dari total 26,14 juta rumah tangga petani. Selebihnya adalah petani dengan usia 34 tahun ke atas.

Meski sedikit, nyatanya masih ada sosok-sosok pemuda yang memilih berprofesi sebagai petani dan tidak malu. Sebut saja Adi Pramudya, pemuda 25 tahun asal Pati, Jawa Tengah, yang memilih untuk menjadi petani rempah.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Adi Pramudyo (@adipramudyo) on

Jangan dikira Adi adalah anak seorang petani atau kuliah jurusan pertanian ya, ia adalah seorang sarjana tehnik industri di sebuah universitas swasta di Kota Depok.

Pemuda ini awalnya melihat sebuah lahan kosong di Desa Sukadamai, Kecamatan Sukamakmur, Jonggol, Bogor, Jawa Barat. Insting bisnisnya muncul, mengapa tak memanfaatkan saja lahan tersebut untuk bertani. Ia memulai usahanya di tahun 2012.

Awalnya lahan seluas satu hektare Adi sewa seharga Rp2,5 juta hasil meminjam modal dari kakaknya, ia tanami dengan singkong. Meski tak punya pengalaman apapun di bidang pertanian, Adi dibantu oleh petani setempat dan belajar otodidak dengan membaca jurnal-jurnal pertanian.

Adi yang tidak ingin terjebak di zona nyaman serta rendahnya harga singkong di pasaran, mulai mengembangkan bisnisnya.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Adi Pramudyo (@adipramudyo) on

Kali ini, ia mengganti komoditas yang ditanam dari singkong menjadi rempah-rempah. Rempah-rempah yang ia tanam adalah lengkuas, ini karena tidak memerlukan modal terlalu besar ketimbang jenis rempah lainnya. Lewat CV Anugrah Adi Jaya, ia memiliki lahan seluas 5 hektare.

Setiap lahan tersebut bisa menghasilkan 35-40 ton rempah. Setiap kali panen omzetnya hingga Rp300 juta. Hanya dalam dua tahun, ia berhasil menguasai pasar induk di seluruh Jabodetabek sebagai salah satu pemasok bumbu dapur.

Pasar ekspor pun berhasil Adi tembus dengan mengirimkan lengkuas ke Jerman dan Belandadan kini merambah Shanghai.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Adi Pramudyo (@adipramudyo) on

Related posts