Anak Bangsa Ciptakan Alat Pendeteksi Tsunami

Berbagisemangat.com – Alat pendeteksi tsunami buatan anak bangsa, hemat biaya dan waktu. Pemerintah tak perlu pesan alat ke luar negeri sampai habiskan dana miliaran rupiah. Seperti apa?

Menyambangi pameran kebencanaan di Masjid Raya Sumbar, terdapat puluhan stan menghadirkan inovasi baru, bertemakan kebencanaan. Mulai dari alat peraga antisipasi bencana, sampai model bangunan penangkal gempa. Dihadirkan dalam rangka pertemuan ilmiah tahunan riset kebencanaan ke-5.

Di pojok stan yang sepi pengunjung terlihat sebuah alat dengan tinggi hampir dua meter. Alat tersebut berfungsi untuk mendeteksi tsunami. Diciptakan oleh anak bangsa, dan diberi nama alat pendeteksi dini tsunami. Dirakit oleh tiga orang mahasiswa dari PENS Surabaya, Unair, dan satu siswa berasal dari SMA 5 Surabaya.

Alat tersebut diciptakan dan dirakit di Laboratorium Lenus Aeropace Indonesia. Kepala Laboratorium Lenus Aeropace Indonesia, Nurhadi sengaja datang jauh-jauh dari Jakarta hanya untuk memperkenalkan alat tersebut. Sayangnya banyak pengunjung yang kurang memahami kinerja alat itu.

Ilustrasi alat pendeteksi dini tsunami

Alat itu merupakan alternatif baru bagi Indonesia terutama Sumbar, khusus daerah Pesisir dalam mendeteksi tsunami secara dini. “Alat ini sudah dirancang khusus selama dua tahun untuk mendapatkan hasil yang optimal. Setiap pengerjaan selalu mengalami kegagalan sampai tercipta alat yang kondusif,” ujarnya.

Ia mengatakan, dana yang dihabiskan untuk riset tersebut berkisar Rp 250 juta. Yang membuat mahal adalah alat sensor yang didatangkan dari luar negeri. “Alatnya mahal sekali, pas kami rakit malah rusak. Tidak tahu gimana cara memperbaikinya, terpaksa dibongkar. Akhirnya kami ciptakan sendiri alat yang sama dengan fungsi yang sama. Jadi gak perlu lagi pesan ke luar negeri,” jelasnya.

Alat tersebut secara umum terdiri dari dua tiang penyangga dengan tinggi lebih kurang 2 meter, dilengkapi dengan pelampung yang dipasang pada salah satu tiang. Dilengkapi dengan sensor gelombang air laut yang ditanamkan ke tengah laut.

Alat tersebut bekerja mengidentifikasi gelombang laut. Gelombang laut surut secara normal butuh waktu 6 jam pada kedalaman dua meter, jika dalam kedalaman tersebut waktu surut hanya 15 menit berarti tidak normal. Saat itu pelampung akan turun drastis, kondisi menandakan akan terjadi tsunami, maka alat akan memberikan sinyal suara ke receiver yang sudah terpasang di lingkungan penduduk.

“Akan terdengar bunyi sirene, penduduk punya waktu 10 sampai 15 menit untuk menyelamatkan diri,” jelasnya sembari menerangkan bahwa jarak antara alat pendeteksi dengan receiver sekitar satu kilo. Namun ia bisa ciptakan dengan jarak lebih tergantung permintaan.

Nurhadi menyebutkan, ia bisa menyediakan alat tersebut sesuai permintaan pasar. Harganya pun setengah dari harga yang ditawarkan oleh alat yang dibuat di luar negeri. “Kinerja alatnya sama dengan yang luar negeri punya, yang jelas punya anak bangsa dibuat dengan kapasitas tak kalah dari luar negeri. Kami juga bisa ciptakan yang canggih seperti Jerman,” ucapnya.

Ia menjelaskan, alat tersebut tercipta berawal dari keluhan Badan Nasional Penaggulangan Bencana (BNPB) terkait kehilangan alat pendeteksi tsunami yang berada di pesisir.

“Pihak BNPB bercerita kalau alat pendeteksi tsunami yang di pesisir hilang dan rusak. Dari situ saya coba ciptakan alat pendeteksi tsunami beserta alat pengaman anti maling yang dilengkapi dengan CCTV yang bisa memberitahu melalui seluler,” ujarnya.

Ia menambahkah, dari informasi yang didapat, sekitar 20 % alat pendeteksi dini tsunami di pusat hilang. Jumlahnya sekitar 200 sampai 400 unit, dengan harga Rp 10 miliar. “Dari sanalah kami coba merakit alat-alat tersebut,” pungkasnya.

Related posts