Kisah Haji Sumiran, Penjual Es Kacang Ijo Beromzet Rp 3 Juta Per Hari

Berbagisemangat.com – Bermodal jujur dalam melayani pembeli membuat H Sumiran (70) berhasil meraih sukses berjualan es kacang ijo. Warung yang semula di gubuk pinggir sawah kini pindah ke depan rumahnya, Jalan Raya Dusun Padangan, Desa/Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri.

Pembeli es kacang ijo yang mampir di warung Haji Sumiran datang silih berganti. Pembeli terlihat berjubel menjelang tengah hari saat cuaca panas semakin menyengat. Warung sederhana dengam sejumlah meja dan kursi kayu panjang itu tak pernah sepi.

Rata-rata pembeli yang mampir untuk memesan es kacang ijo yang menjadi menu utama warung Sumiran. Di warung juga disiapkan nasi bungkus dan aneka camilan lainnya. Harga es kacang ijo satu gelas besar hanya Rp 5.000.

Dalam sehari ada ratusan pembeli yang datang ke warungnya. Maka tak heran jika omset penjualan es kacang ijo ini dalam sehari rata-rata mencapai Rp 3 jutaan.

Namun H Sumiran mengaku tidak pernah menghitung berapa gelas yang disajikan setiap hari. Hanya pemasukan uang yang diperolehnya rata-rata sehari mencapi Rp 3 jutaan.

Hampir semua pembeli yang datang selalu memesan es kacang ijo. Ada sebagian yang makan nasi bungkus dan camilan lainnya. Menu es kacang ijo yang disajikan ditambah ketan hitam, susu dan santan ditambah butiran es yang dipasrah.

Sumiran mengaku sudah mulai berjualan es kacang ijo dengan gerobak keliling hingga ke pasar sejak awal 1980 an. Kemudian mencoba berjualan dengan sepeda motor dan berjulan menetap dengan membuat warung gubuk di pinggir jalan.

Lokasi warung gubuk ini berada di seberang warungnya sekarang. “Dulu kami nunut di tanah sawah orang lain, sekarang jualan di rumah sendiri,” ungkapnya.

Sumiran juga masih menggunakan gerobak motor sebagai tempat berjualan. Gerobak ini didorong dengan motor Suzuki RC 100 yang sebelumnya dipakai berjualan keliling.

Soal resep suksesnya berjualan es kacang ijo tak lepas dari prinsipnya untuk selalu jujur dalam melayani pembeli. “Jujur itu modal utama. Sebagai penjual juga harus dapat melayani semua pembeli yang datang,” ungkapnya.

Sumiran saat awal berjualan juga banyak susahnya menggunakan gerobak yang dorong. “Saya biasa berjualan di Pasar Pagu. Kalau ada keramaian seperti pertunjukan wayang dan jaranan juga biasa datang. Namun dulu pembelinya tidak banyak,” kenangnya.

Berkat ketekunan menyisihkan sebagian hasil jualannya akhirnya dapat membeli dan membangun rumah di tempatnya sekarang.

“Saya pindah jualan di rumah masih dua tahunan,” tuturnya.

Sumiran mengaku mendapat ide untuk berjualan es kacang ijo saat merantau ke Lampung. Sebelumnya yang dijual es cao, resep es kacang ijo juga dilakukan secara otodidak.

Dari hasil berjualan es kacang ijo, Sumiran juga sudah mampu berangkat naik haji. Sedangkan istrinya dapat menunaikan ibadah umroh.

Dalam keseharian, Sumiran juga dibantu kedua anak lelakinya. Meski warungnya selalu ramai, namun Sumiran masih saja melayani pembeli dengan meracik es kacang ijo.

Pantauan SuryaMalang,com, pembeli yang datang juga dari semua strata sosial. Ada yang naik mobil sedan BMW sampai sepeda motor dan sepeda butut. Pembeli yang naik sedan BMW mengantarkan istrinya yang nyidam es kacang ijo.

Sulastri (30), salah satu pembeli, mengaku sudah cukup lama membeli es kacang ijo Sumiran. “Saya sudah biasa mampir sejak masih di warung gubuk sampai sekarang. Rasanya sepertinya ada yang khas,” ungkapnya.

Waskito, pembeli lainnya, belum begitu lama menjadi pelanggan es kacang ijo. “Dulu diajak teman mampir, ternyata racikan esnya cocok,” tuturnya.

Related posts