Berbagisemangat.com – AKP Eko Hari Cahyono atau Papi Eko kini telah tenar sebagai selebgram. Videonya saat latihan melempar senjata tajam viral di media sosial. Kisah di balik video yang menghibur itu berawal dari permintaan mantan anak didiknya yang minta dibuatkan video lempar senjata tajam.
Dilansir dari kumparan, “Saya memang tidak pernah terputus jalinan komunikasi dengan ratusan anak didik saya di Pusdiklat Sabhara Porong ini,” cerita Eko saat di lapangan Pusdiklat Sabhara Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (28/8).
Papi Eko sedang menerima video call dari seorang anak yang jadi follower dan penggemarnya. (Foto: Nuryatin Phaksy Sukowati/kumparan)
“Dia request, ‘Papi buatin video lempar sangkur’. Karena latihan ini tidak banyak lagi diajarkan,” ujar pria yang biasa disapa Papi Eko ini.
Kemudian, timbul ide untuk ‘membuat teknik melempar alat lain yang antimainstream. Papi Eko kemudian membuatkan video lempar pisau dapur, obeng, sumpit, golok, gunting rumput, gergaji hingga cangkul.
Saat hendak membuat video itu, Papi Eko melibatkan anak-anak di kawasan kompleks Aspol Pusdiklat Sabhara Porong, Sidoarjo. Kebersamaan Papi Eko dengan anak-anak ini memang kerap terjadi saat anak-anak bermain di lapangan. Mereka sudah akrab satu sama lain.
Ada empat anak yang diajak Papi Eko di video itu. Ada yang bagian merekam dan sisanya bertugas untuk sorak-sorak saat benda yang dilemparkan berhasil tertancap di papan sasaran yang terbuat dari batang pohon kelapa.
Papi Eko bersama anak-anak aspol Pusdiklat Sabhara Porong (Foto: Nuryatin Phaksy Sukowati/kumparan)
“Saya kasih tahu anak-anak. Kalau pisaunya nancep saya suruh teriak ‘masuk Pak Eko’. Kalau enggak saya minta bilang ‘nganu lo ndan‘,” cerita Papi Eko.
Papi Eko menjelaskan, istilah ‘nganu lo ndan‘ memang diambil dari kebiasaan séorang siswa pendidikan Sabhara yang kesulitan menjawab pertanyaan.
“Siswa didik kalau bingung jawab biasanya kan bilang nganu gini, nganu gitu, nganu lo ndan. Seperti itu,” kelakarnya.
Video itu dibuat pada bulan Juni lalu kemudian diunggah ke akun miliknya di @papi_eko_pusdik_sabhara_porong. Tanpa diduga video itu menjadi viral dan menyedot perhatian puluhan ribu netizen. Saat ini followernya melonjak menjadi 61 ribu lebih.
“Saya sendiri masih tidak menyangka video bisa viral seperti ini. Artinya saya harus lebih bijak dalam menciptakan konten-konten baru di instagram,” urainya.
Keakraban Papi Eko bersama anak-anak di kampung. (Foto: Nuryatin Phaksy Sukowati/kumparan)
Viralnya video Pak Eko di media sosial tak lepas dari peran anak-anak kompleks Aspol Pusdiklat Sabhara Porong, Sidoarjo. Keempat anak tersebut adalah Faizal Riyan Pratama (Faizal), Wido Trianggara (Angga), Arjuna dewa (Arjun) dan Alfi Juhaid (Alfi). Mereka ini adalah warga Aspol karena menjadi anggota keluarga dari anggota Sabhara.
Hampir setiap hari mereka bermain bersama. Mereka juga sering bermain dengan Papi Eko dan belajar lempar obeng.
“Papi orangnya baik dan lucu. Kita sering diajarin lempar alat, tapi pakai obeng. Tapi suka dimarahi kalau main lemparnya tidak sama dia. Enggak boleh sembarangan,” ujar Angga dan diikuti anggukan oleh anak lainnya.
Mereka juga mengakui saat itu diajak untuk merekam video saat latihan melempar alat. Faizal, bocah paling bongsor badannya dan duduk di kelas enam SD, dipilih sebagai pengambil gambar dengan ponsel milik Papi Eko.
Papi lebih dulu memberikan instruksi untuk mengarahkan kamera rekaman ke arah dirinya dan papan sasaran. Sisanya anak-anak berada di belakang badan Papi Eko karena harus berada di area yang aman saat pelemparan.
Angga dan kawan-kawan kemudian akan berteriak nyaring sesuai petunjuk yang telah diberikan Pak Eko. Syaratnya, mereka harus meneriakkan jenis alat yang akan di lempar.
“Kalau obeng, teriak ‘óbeng, Pak Ekoo!’. Kalau golok, teriak ‘golok’, Pak Ekoo!” ujar Angga dan Faizal yang bersekolah di SD Kemala Bhayangkari 10 Porong.
Faizal dan kawan-kawan mengaku ikut senang karena Papi Eko belakangan sering nongol di TV dan media massa lainnya. Mereka juga senang bisa ikut-ikutan masuk layar kaca.
“Seneng bisa masuk TV. Ayah dan Mama tidak marah kok,” urai Angga, bocah kelas 3 SD sekaligus yang paling mungil dari kelompok anak ini