Kisah Peternak RI Bisnis Halal di Negara Mayoritas Nonmuslim, Aset Capai Rp 90 M

Bagi kebanyakan orang di Indonesia, beternak adalah hal yang kuno dan hanya dilakukan oleh orang-orang tua zaman dahulu. Namun, tidak demikian bagi Reza Abdul Jabbar. Ia justru sukses menjadi konglomerat berkat usaha peternakannya.

Tak cuma jadi peternak biasa, Reza menjadi salah satu aktor industri ternak sapi perah paling penting di Selandia Baru. Ya, ia justru tak beternak di dalam negeri, melainkan di negeri seberang.

Pria kelahiran Pontianak 45 tahun lalu itu menjadi salah satu peternak raksasa di Selandia Baru. Ia total telah memiliki 1.000 hektar lahan peternakan yang berlokasi di kawasan Invercargill, Selandia Baru.

Beberapa sumber mengatakan kalau Reza kini telah memiliki 4.000 hingga 5.000 ekor sapi perah yang setiap harinya memproduksi susu murni untuk diperjualbelikan oleh Reza.

Menurut data situs jual beli bahan pangan Selandia Baru, Progressive Livestock, harga sapi perah di negeri Oceania itu berkisar antara 1 ribu dolar hingga 1,9 ribu dolar Selandia Baru per ekor.

Jika dikonversikan ke rupiah, harga tiap satu ekor sapi perah menyentuh angka Rp 18 juta (kurs: Rp 9.683). Artinya, jika Reza memiliki 4.000 hingga 5.000 sapi perah, total aset yang dimilikinya bisa menyentuh angka Rp 90 miliar, bahkan lebih.

Angka itu belum termasuk dengan lahan peternakan yang luas beserta berbagai peralatan peternakan. Tentu saja pria asal Kalimantan Barat itu memiliki jumlah aset senilai ratusan miliar. Betapa hebatnya Reza meski ia sedang mengadu nasib di negeri orang.

Padahal, pada mulanya ia hanya memiliki 20 ekor sapi perah sebagai modal awal. Lalu, pada 1994 silam, sapi-sapi miliknya beranak-pinak hingga akhirnya ia memiliki 300 ekor sapi.

Kesukaan Reza terhadap dunia peternakan tak lepas dari cita-citanya sejak kecil yang hendak menjadi petani atau peternak. Sang ayah, yang memang merupakan pengusaha tekstil, sangat mendukung cita-cita tersebut hingga memberikan berbagai fasilitas agar Reza bisa meraih cita-citanya.

Sang ayah menerbangkan Reza ke Singapura untuk menimba ilmu. Sejak muda, Reza memang terus dididik untuk merantau dan mandiri. Selepas lulus hingga SMA di Singapura, Reza melanjutkan pengembaraannya dengan berkuliah di ilmu pertanian Massey University.

Dari sanalah kemampuan bertani dan beternak Reza semakin terasah. Ia kemudian bekerja sebagai asisten manajer di sebuah peternakan. Di sana, karir Reza terus melejit hingga ia dipromosikan sebagai manajer pertanian.

Bekerja di peternakan tersebut membuat pengetahuan Reza mengenai dunia peternakan semakin bertambah. Akhirnya, pada 2007 silam, Reza yang saat itu telah menikah, memutuskan untuk membeli lahan seluas 185 hektar di Invercargill untuk dijadikan lahan peternakannya sendiri.

Selain karena kesungguhannya dalam beternak, Reza juga menjadikan aspek kehalalan sebagai standar kualitas produknya. Dengan begitu, ia menjadi produsen bahan pangan halal meski di negeri yang mayoritas non-muslim.

Katanya, masyarakat Selandia Baru yang mayoritas bukan pemeluk agama Islam memiliki tingkat kepuasan tersendiri jika mengkonsumsi produk halal. Karena itulah ia memasukkan aspek halal sebagai standar kualitasnya.

Sejak saat itu, ia tak lagi bekerja di peternakan manapun kecuali mengelola peternakan miliknya sendiri. Sungguh luar biasa tekad dan ambisi seorang Reza Abdul Jabbar. (Kumparan.com)

Related posts