Kisah Sugih Nugroho, Pengusaha Anggrek Sukses Beromzet Wow

Berbagisemangat.com – Sugih Nugroho mungkin tidak menyangka, kecintaannya terhadap tanaman khususnya anggrek bisa menjadi sumber pundi-pundi pendapatan yang luar biasa. Laki-laki lulusan sarjana Arkeologi UI ini pun makin mencintai anggrek, terlebih saat ia semasa kuliah.

“Awalnya, saya memang sudah cinta tanaman dari kecil. Ibu saya dulu suka pelihara bunga di rumah, saya yang bertugas menyiramnya tiap hari. Saya senang ketika melihat tanaman tumbuh subur dan berbunga. Bahkan saya sejak remaja sudah baca majalah Trubus, disaat teman-teman lainnya baca majalah anak atau remaja,” ujar Sugih kepada Trubus.id ketika ditemui di kediamannya, Depok, Kamis (15/2).

Kecintaanya pada anggrek pun mulai bersemi ketika ia duduk di bangku SMA. Seiring dengan seringnya ia mengikuti kegiatan pecinta alam, Sugih menjadi lebih sering berinteraksi dengan tanaman khususnya anggrek, apalagi ketika naik gunung dan menemukan anggrek tumbuh subur di hutan.

“Dari situ saya mulai belajar tentang anggrek, dan setelah saya baca ternyata di Indonesia jumlah anggreknya bisa mencapai 5000 jenis. Ini yang saya rasa sangat menarik, dan sebagai orang Indonesia saya merasa wajib mengenalkan anggrek ke masyarakat luas,” lanjutnya.

Setelah berstatus mahasiswa Arkeologi UI, Sugih pun semakin sering berjumpa dengan anggrek. Hal tersebut karena kegiatan kuliahnya hampir setiap hari melakukan kunjungan situs dan naik gunung.

Dari situlah Sugih mulai memelihara anggrek. Namun, saat itu dirinya belum terpikirkan untuk memilih usaha anggrek. Bahkan, ia malah membuat usaha pet shop hewan eksotis bersama temannya semasa kuliah.

Baru setelah lulus kuliah dan memiliki rumah sendiri, Sugih mulai memelihara anggrek dan menjalin relasi dengan komunitas pecinta anggrek di Indonesia. Berkat seringnya perjalanan ke alam  (hutan) yang dilakukan saat kuliah, Sugih berhasil mendapatkan beberapa jenis anggrek hutan yang tidak bsa ditemukan di tempat biasa.

“Saya dulu punya anggrek hutan jenis bulbophyllum, dan lainnya. Ketika saya tunjukan ke mereka, responnya pun sangat baik. Bahkan mereka mau sekali, nah dari situ saya berpikir kenapa tidak saya jual saja,” paparnya.

Ia pun mulai memberanikan diri menjual anggrek di media sosial facebok pada tahun 2015. Dengan modal awal Rp 3 juta rupiah hasil meminjam dari koperasi, dan menggandeng beberapa petani anggrek, dirinya pun mulai berjualan anggrek lewat media sosial dan toko online. Diakuinya, dalam tiga bulan pertama ia masih kesulitan menjual anggrek-anggreknya, dan Sugih hanya berhasil menjual empat anggrek.

“Lama kelamaan, saya bisa jual 10, terus sampai 50. Anggrek yang saya jual itu unik dan tidak dijual di tempat penjual bunga pada umumnya. Seperti anggrek tebu, anggrek paphiopedilum, dan lainnya,” paparnya.

Ketika ditanya soal omzet, Sugih mengaku dalam sehari ia bisa meraup untung mencapai lima juta rupiah, dari sekitar 20-25 pesanan anggrek dari berbagai jenis. Cakupan penjualannya pun sudah hampir seluruh Indonesia, bahkan ia pernah mengirim anggrek ke Pulau Weh dan Kepulauan Natuna.

Bahkan, ia mengatakan ada kisah unik ketika hendak mengirim Anggrek ke kepulauan Natuna, karena sulitnya akses kesana sehingga Sugih harus menunggu ada kapal yang khusus berlayar ke kepulaun tersebut yang hanya sebulan sekali.

“Ada juga kisah unik ketika saya dapat pasokan anggrek dari Papua tapi yang pesan juga dari Papua. Memang karena harga semua kebutuhan dan transportasi yang sangat mahal disana jadi mereka lebih memilih pesan dari kami ketimbang harus cari sendiri yang harus memakan biaya yang lebih banyak lagi,” katanya sambil tersenyum.

Terakhir, ia berharap agar eksistensi anggrek terus ada dan tetap lestari. Terlebih sebagai pecinta dan penjual anggrek, Sugih mengatakan ia memiliki kewajiban untuk melestarikannya.

“Walaupun kita jual, tapi berpikir langkah kedepanya seperti apa supaya tidak langka dan musnah. Sayang sekali jika anak cucu kita tidak dapat menikmati keindahan anggrek Indonesia yang luar biasa ini,” tutupnya penuh harap.

Related posts