Berawal dari Hobi, Dosen di Purworejo Ini Banting Setir Bisnis Cupang saat Pandemi

Berbagisemangat.com – Masa pandemi Covid-19 masih menjadi kekhawatiran bagi masyarakat di seluruh dunia. Wabah virus yang masih melanda ini ikut mengancam ekonomi masyarakat. Tidak sedikit karyawan perusahaan terpaksa menjadi korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Hingga kini, segelintir masyarakat masih mencoba memutar otak dan banting setir demi mencukupi kebutuhan hidup di masa pandemi. Mencoba peruntungan di dunia bisnis menjadi salah satu cara yang dinilai mudah dan menjamin. Hal ini yang sedang dilakukan Najih Abqori.

Siapa sangka dari hobinya merawat cupang, kini pendapatannya sebagai pengusaha baru bisa lebih banyak dibanding menjadi dosen.

Najih Abqori masih berstatus sebagai dosen di salah satu universitas swasta kenamaan di Purworejo, Jawa Tengah. Ia mengaku sudah menyukai ikan sejak kecil.

“Awalnya dari hobi. Sejak umur dua tahun sudah senang ikan, jenis ikan apa aja saya suka,” kata Najih Abqori saat dihubungi tim merdeka, Minggu (23/11).

“Sekarang jadi hobi yang menghidupi,” imbuh Nofa Anisah sang istri sembari tertawa.

Melalui hobinya memelihara cupang, tak disangka akan membawa pundi-pundi rupiah bagi keluarga kecilnya.

“Kalau untuk bisnis cupang ini sebenarnya nggak sengaja. Dari mulai pindahan rumah bulan Maret. Rumah kan butuh hiasan ya belinya cupang, dulu masih beli yang harganya lima ribuan,” jelasnya.

Awalnya hanya hobi mengoleksi ikan cupang murah untuk penghias rumah. Namun kini pria yang akrab disapa Najih mau belajar dan menambah wawasan soal ikan.

“Waktu itu punya cupang cuma satu jenis halfmoon, selang 3 hari beli lagi dua ekor. Terus kan penasaran pengen coba perbanyak (breeding), hitung-hitung Buat kegiatan lah. Karena kan di rumah terus, wong lagi social distancing. Saya search di Youtube ‘cara breeding ikan cupang’, ternyata banyak banget. Yang lebih menarik, ternyata ikan cupang banyak jenisnya. Terlebih jenis plakat, warna warni bagus, jadi semakin tertarik kan,” ujar Najih.

Layaknya anak muda zaman sekarang, pria asal Magelang ini juga membagikan koleksi cupangnya di media sosial. Tak diduga ada yang menghubungi dan langsung menawar ikan cupangnya tersebut.

“Waktu itu punya cupang niatnya buat koleksi. Beli terus-terusan sampai banyak banget. Akhirnya iseng-iseng buat akun IG @na_bettamgl. Foto ikan terus upload buat kesenangan. Ternyata ada yang nawar, yaudah lanjut sampai sekarang,” imbuhnya.

Wajar bila pandemi Covid-19 ini menjadi peluang bisnis bagi sebagian insan. Termasuk Najih, yang mengaku mendapat keuntungan sangat tinggi dari bisnisnya sekarang. Meski begitu, ia sempat merasa khawatir apabila peminatnya berkurang.

“Pernah sih, sempat khawatir kalau setelah Covid berakhir, penghobi cupang bakal menurun. Hanya 30 persen,” ungkapnya ragu.
Tapi keraguan Najih bukan penghalang untuk mempertahankan bisnis barunya tersebut. Sebagai pengusaha baru, ia bisa meyakinkan diri sendiri bahwa pecinta cupang masih banyak.

“Selebihnya yakin sih kalau bisnis ini akan terus berlanjut. Soalnya di ikan cupang itu selalu ada warna baru yang muncul dari persilangan genetik. Misal penghobi menurun pun yang benar-benar menekuni bisnis ini masih banyak, karena lingkupnya tidak hanya Indonesia saja,” jelas Najih.

Semenjak pandemi Covid-19, Najih memang lebih banyak di rumah dan memutuskan untuk membuat toko cupang kecil-kecilan. Namun, kini Najih sudah kembali mengajar ke kampus. Kondisi ini membuat Najih harus membagi waktu agar bisnis barunya tersebut tetap bertahan.

“Kebetulan semester ini dapat 12 SKS dibagi jadi empat hari, Senin-Kamis. Pulang dari kampus sekitar jam satu siang. Sampai rumah langsung urus ikan, nguras, ngasih makan lain-lain. Jadi nggak ada waktu istirahat,” papar Najih.

Kondisinya sekarang membuat pria berusia 27 tahun ini rela lembur. Hal ini dilakukan Najih agar tetap bisa menangani keduanya sekaligus.

“Kadang sampai rumah sudah ada yang nunggu mau beli ikan. Yang agak repot kalau ada yang beli malam-malam. Soalnya kalau malam waktunya bikin materi ngajar besoknya. Paling ngalahi lembur,” jelasnya.

Tak dapat dipungkiri, pendapatannya sebagai pengusaha cupang sudah bisa melebihi gajinya selama ini sebagai dosen. Namun Najih tak menyebutkan secara detail nominalnya.

Semenjak menikah, mereka tinggal di kediaman milik bibinya yang kosong. Rumah tersebut kini disulap bak toko ikan cupang yang berada di Jalan Magelang-Purworejo, Sumberan, Sidomulyo, Salaman, Jawa Tengah.

Deretan ikan hias terlihat cantik tersusun rapi yang siap menyambut para pecinta cupang, baik anak-anak hingga dewasa. Ikan-ikan yang dijual Najih dibanderol mulai dari Rp30 ribu sampai Rp400 ribu, tergantung dari kelangkaan jenis dan warnanya.

“Perjalanan e ki kaya naikin anak tangga satu satu. Dulu awal-awal banget cuma pakai stoples-stoples bekas yang dulu ditinggal sama bulekku. Berdebu kotor kae dibersihke buat wadah cupang. Sekarang Alhamdulillah dah berbentuk walaupun masih sederhana,” ungkap Nofa terlihat mensyukuri perjalanan bisnis cupang sang suami yang telah mencukupi kebutuhan rumah tangganya.

Artikel : Merdeka.com

Related posts