Kisah Pengubur Jasad PDP Corona, Kesampingkan Takut demi Kemanusiaan

Berbagisemangat.com – Petugas ambulans dari tim Public Safety Center (PSC) 119 Malang berbagi kisahnya saat memakamkan jenazah satu orang dalam kategori pasien dalam pengawasan (PDP) corona yang meninggal dunia, dimana hasil tes swabnya belum keluar.

Satu PDP corona ini merupakan bagian dari PDP warga Kota Malang yang dinyatakan meninggal dunia saat menjalani perawatan di RS Karsa Husada Kota Batu.

Koordinator tim PSC 119 Dhana Setiawan menjelaskan ia dan ketiga rekannya semula sempat takut saat menerima permintaan untuk memakamkan jasad PDP corona dari RS Karsa Husada Kota Batu.

“Pertama saya sebenarnya takut, tapi kembali lagi dengan keyakinan tulus dan ikhlas sebagai garda terakhir memberanikan diri, tapi ya namanya takut tetap ada sambil terbayang -bayang,” ungkap Dhana Setiawan saat ditemui Okezone, Selasa (7/4/2020).

Dhana mengisahkan awal mula ia menerima tantangan pertamanya menguburkan seorang PDP corona warga Kota Malang yang meninggal dunia di Kota Batu. Hal ini terjadi setelah sejumlah ambulans yang sebelumnya diminta rumah sakit membawa jasad tersebut enggan, karena takut.

“Ya kalau takut pasti ada, tapi kita jalani karena tidak bisa ditolak. Dimanapun (ambulans) menolak semua, makanya dikembalikan ke kita sebagai penanggungjawab,” ucapnya.

Meski ada ketakutan, namun ada yang menguatkan Dhana yakni rasa kemanusiaan yang memanggilnya dan rekannya untuk mengambil jenazah PDP corona tersebut.

“Kami saling menguatkan satu sama lainnya demi kemanusiaan, anggap saja ini negatif, supaya bisa kuat dan berbesar hati, walaupun saat pulang takut juga,” tambahnya.

Terkait prosedur penanganan jenazah, ia sempat mendengarkan penjelasan dokter bahwa jasad sudah terbungkus dengan empat lapis dan kecil kemungkinan menularkan virus bilamana yang bersangkutan dinyatakan positif corona.

“Kami sempat mendapatkan penjelasan dokter jasad dibungkus empat lapis. Pertama plastik, terus kain kafan, plastik lagi, terus kantong mayat, dijelaskan pula ini pasien PDP corona. Kami bawa ke ambulans dari dalam kulkas, lalu ke makam,” paparnya.

Meski telah dinyatakan aman, namun ia dan tiga rekannya tetap mengenakan alat pelindung diri (APD) mulai dari ujung kepala sampai kaki guna mengantisipasi tertularnya virus.

“Kita depankan protokol kesehatan dengan menggunakan APD lengkap dari kaki sampai kepala untuk antisipasi penyebaran virus,” lanjutnya.

Dalam memakamkan PDP corona ini, tim berbagi peran, dua orang berada di dalam dan dua orang lainnya di atas liang lahat.

“Dua personel turun ke bawah, dua di atas karena menggunakan goody bag atau kantong mayat maka memindahkan perpindahan jenazah. Kami menutup liang dengan tanah baru beberapa warga membantu kami karena sudah tertutup,” terangnya.

Terlebih ada rasa haru saat melihat pemakaman jenazah PDP tersebut, di mana para keluarga korban hanya bisa melihat anggota keluarganya dibawa oleh petugas ambulan yang memakamkan jasad tersebut.

“Keluarga mereka mengucapkan terima kasih banyak kepada kami karena informasinya tidak ada tim ambulan yang mau mengevakuasi itu (jasad) sehingga kami dapat tugas dari dinas dan rumah sakit itu. Keluarga sangat berterima kasih pokoknya, saya lihat di sekitar pemakaman tidak ada keluarga sama sekali yang mendekat. Setelah tanah itu tertutup baru mereka mendekat,” jelasnya.

Sebagai informasi pada Sabtu 4 April 2020 lalu seorang warga Polowijen, Kota Malang yang ikut keluarganya di Kota Batu dinyatakan meninggal dunia setelah menjalani perawatan di RS Karsa Husada, dengan status pasien dalam pengawasan (PDP).

Artikel : okezone.com

Related posts